Selalu ingatkan pada diri sendiri bahwa pola makan yang sehat dan beragam adalah cara terbaik untuk mendapatkan nutrisi yang kita butuhkan.
Selama beberapa dekade, suplemen vitamin dan mineral telah membawa manfaat kesehatan. Banyak orang Amerika percaya bahwa ke dua jenis zat ini membantu menurunkan peluang mereka terkena pilek atau flu dan mendorong kesehatan mereka di dunia yang super sibuk. Sehinga tak heran industri suplemen sedang booming.
Zinc mendorong tubuh untuk membatasi pilek; vitamin D membangun tulang dan meningkatkan kekebalan; dan vitamin B membantu memerangi efek stres. Bahkan keluarga prasejarah favorit Amerika (juga dikenal sebagai “The Flintstones”) merumuskan pil yang sempurna untuk melindungi kesehatan anak-anak kita.
Tapi apakah memang begitu kebenarannya atau hanya teknik marketing saja?
Mengetahui perbedaan antara sains dan fiksi dalam hal suplemen bisa jadi menantang. Ada sedikit pengawasan, banyak informasi yang salah dan banyak kontroversi. Jadi sebelum Anda menelan kapsul lagi, pertimbangkan 8 mitos tentang suplemen ini:
8 Mitos Tentang Suplemen Vitamin

1. Mitos Suplemen Vitamin: Mitos pertama soal Suplemen Vitamin
Mitos: Mengonsumsi multi-vitamin dapat menggantikan pola makan yang buruk dan mencegah penyakit.
Kenyataan: Faktanya adalah para ilmuwan masih ragu-ragu tentang apakah multivitamin efektif. Beberapa penelitian menunjukkan multis melindungi terhadap kematian dini. Yang lain menunjukkan bahwa mereka tidak memberikan manfaat.
Di satu sisi, makanan merupakan hal pertama dan selalu paling utama sebagai resep terbaik untuk nutrisi yang tubuh butuhkan. Alam mengemas vitamin dan mineral dalam kombinasi sempurna dan memberi manfaat bagi tubuh kita dengan nutrisi yang belum ditemukan juga. Nah, suplemen makanan bertujuan untuk melengkapi diet, bukan menggantikannya.
2. Mitos ke dua soal Suplemen Vitamin
Mitos: Semua suplemen aman karena alami.
Kenyataan: Segala sesuatu yang berpotensi menyembuhkan juga berpotensi berbahaya. Meskipun nutrisi berasal dari alam, ketika produsen mengolahnya menjadi bentuk pil, nutrisi tersebut menjadi tidak alami.
Terlebih lagi, alami tidak selalu berarti aman atau efektif. Bagaimanapun, arsenik adalah alami tetapi bersifat karsinogenik (penyebab kanker), sehingga tidak aman untuk dikonsumsi.
3. Mitos Suplemen Vitamin: Mitos ke tiga soal Suplemen Vitamin
Mitos: Anda tidak boleh overdosis vitamin.
Kenyataan: Jika Anda mengonsumsi vitamin dan mineral dan mengonsumsi makanan sereal yang diperkaya dan olahraga (yang sering mengandung 100 persen atau lebih dari tunjangan diet yang direkomendasikan untuk vitamin dan mineral tertentu), Anda mungkin berlebihan.
Anda bahkan dapat merusak organ vital dalam prosesnya. Terlalu banyak vitamin A dapat mempengaruhi hati dan, pada ibu hamil, dapat menyebabkan cacat lahir pada bayi mereka; kelebihan vitamin B6 dapat menyebabkan kerusakan saraf; dan terlalu banyak vitamin C dapat mengubah antioksidan yang terkenal menjadi pro-oksidan (yang merusak sel-sel tubuh), belum lagi diare.
4. Mitos ke empat soal Suplemen Vitamin
Mitos: Suplemen diatur dengan ketat.
Kenyataan: Tidak seperti obat resep atau obat bebas, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) tidak menentukan apakah suplemen makanan aman dan efektif sebelum memasarkannya. Sebaliknya, konsumen berada di tangan produsen.
Namun bukan berarti tidak ada pengamanan. Setelah suplemen makanan berada di pasar, baik FDA dan Federal Trade Commission (FTC) memantau informasi label untuk memastikan klaim produk tidak menyesatkan, tetapi mereka cukup kekurangan tenaga sehingga proses pengecekan belum tentu 100% terverifikasi.
Ada sekelompok kecil organisasi pengawas, termasuk US Pharmacopeia, ConsumerLab.com dan National Science Foundation, hingga BPOM menawarkan segel persetujuan untuk produk yang diproduksi dengan benar dan mengandung bahan yang tercantum pada label. Namun, kelompok-kelompok itu tidak menentukan apakah cara kerjanya efektif.
5. Mitos ke empat soal Suplemen Vitamin
Mitos: Suplemen tidak pernah diperlukan.
Kenyataan: Suplemen makanan mungkin bermanfaat bagi populasi tertentu dan untuk membantu mengelola berbagai kondisi. Contohnya meliputi:
- Seseorang yang menjalani diet kalori terbatas yang mungkin mendapat manfaat dari multivitamin dan mineral
- Seseorang yang alergi terhadap susu yang mungkin mendapat manfaat dari kalsium dan vitamin D
- Seorang vegan yang mungkin mendapat manfaat dari mengonsumsi vitamin B12
- Ibu hamil yang mendapat manfaat dari mengonsumsi asam folat
Juri keluar pada banyak suplemen, tetapi sebagian besar ahli percaya produk hanya membantu jika Anda kekurangan nutrisi tertentu. Wanita yang kehilangan banyak zat besi karena perdarahan menstruasi yang berat, misalnya, mungkin memerlukan suplemen zat besi tambahan, sementara mereka yang mengalami menopause mungkin membutuhkan tambahan kalsium dan vitamin D.
6. Mitos: Suplemen tidak berinteraksi dengan obat.
Kenyataan: Suplemen tertentu, termasuk vitamin K (yang membantu pembekuan darah), zinc (yang dipercaya beberapa orang meningkatkan kekebalan) dan omega-3 (yang mengencerkan darah), dapat berinteraksi dengan resep dan obat-obatan yang dijual bebas.
Ketika Anda mengonsumsi aspirin setiap hari untuk melindungi diri dari penyakit jantung atau Anda sedang mengonsumsi antibiotik untuk infeksi bakteri, suplemen yang Anda konsumsi dapat mengganggu atau meningkatkan efek obat Anda. Anda harus selalu berbagi dengan dokter dan apoteker daftar suplemen apa pun yang sedang Anda konsumsi untuk membantu menghindari interaksi negatif ini.
7. Mitos: Anda harus mengonsumsi vitamin dan suplemen lain saat perut kosong.
Kenyataan: Banyak vitamin larut dalam air—artinya mereka larut dalam air dan akan diserap oleh tubuh hampir setiap saat sepanjang hari, terlepas dari apa yang ada di perut Anda. Tapi ada 4 vitamin yang larut dalam lemak—A, D, E, dan K—yang hanya bisa diserap dengan lemak. Jadi jika Anda mengonsumsi multivitamin yang mengandung vitamin yang larut dalam lemak, sebaiknya konsumsilah dengan sedikit makanan yang mengandung sedikit lemak. Juga, banyak yang menemukan bahwa mengonsumsi suplemen saat perut kosong membuat mereka mual.
8. Mitos: Suplemen selalu cocok bersama.
Kenyataan: Beberapa suplemen saling membantu, seperti rekan satu tim. Vitamin C membantu tubuh menyerap zat besi, misalnya. Yang lain benar-benar bekerja melawan satu sama lain. Misalnya, kalsium menghalangi penyerapan zat besi, dan seng menghalangi penyerapan tembaga. Jadi mengambil dosis tinggi dari satu nutrisi sebenarnya dapat menyebabkan kekurangan yang lain.
Agar aman, beri tahu dokter Anda tentang setiap suplemen yang Anda konsumsi, bahkan jika menurut Anda itu tidak berbahaya. Banyak vitamin dan mineral, serta suplemen herbal, memiliki efek samping mulai dari ruam hingga sakit perut. Mereka juga dapat berinteraksi dengan obat-obatan dan vitamin lainnya.