Kesehatan pencernaan kita terkait erat dengan perasaan kita secara emosional serta stres yang dapat memengaruhinya dalam beberapa cara.
Mulai dari perasaan berdebar-debar, hingga perut yang mengencang di bawah tekanan. Ketika kita merasakan stres, tidak jarang usus yang merasakannya terlebih dahulu.
Penelitian mengungkapkan sebanyak 86 persen orang Inggris menderita masalah pencernaan pada tahun 2021, termasuk masalah angin, kembung, gangguan pencernaan, refluks asam, sembelit, dan sindrom iritasi usus besar (IBS), dengan lebih dari sepertiga menghubungkannya dengan stres.
Sumbu otak/usus
Emosi dan fungsi pencernaan kita terkait erat dan saat kita stres, kita mengalami lonjakan hormon dalam tubuh. Respons ‘melawan atau lari’ ini membantu kita menghadapi tekanan atau situasi stres.
Hormon-hormon ini secara langsung memengaruhi komunikasi antara otak dan saluran pencernaan, yang oleh para ilmuwan disebut sebagai sumbu otak-usus. Untuk mengimbangi hormon-hormon ini, aktivitas perut (dan otot-otot yang terlibat dalam pencernaan) melambat.
Jika Anda mengalami stres yang berkelanjutan, hormon-hormon ini akan tetap berada di tubuh dan saluran pencernaan Anda akan terpengaruh secara permanen, yang menyebabkan gejala usus termasuk refluks asam dan mulas.
Bakteri usus
Usus kita adalah rumah bagi lebih dari 100 triliun jenis bakteri baik yang bernama flora usus. Flora usus ini berperan aktif dalam melindungi sistem kekebalan tubuh. Ini juga menghambat pertumbuhan bakteri yang lebih berbahaya, dan membantu mencerna makanan dan menyerap nutrisi penting.
Sebuah studi yang dipublikasikan di Brain, Behavior and Immunity, menemukan stres dapat mengubah keseimbangan bakteri yang secara alami hidup di usus, berkontribusi pada kondisi seperti IBS.
Stres dan usus Anda
Sakit perut, sembelit, dan perasaan kembung adalah gejala stres. Penyakit refluks gastroesofagus (GERD), suatu kondisi umum di mana asam bocor ke kerongkongan, juga sangat terkait dengan stres.
Sebuah studi yang terbit di jurnal Penyakit Dalam, mengamati 12.653 orang dengan GERD dan menemukan hampir setengah dari peserta mengatakan stres adalah faktor terbesar yang memperburuk gejala.
Wanita lebih cenderung mengalami stres daripada pria, jadi tidak heran jika IBS, suatu kondisi yang menyebabkan sakit perut, kram kembung, sembelit, dan diare, jauh lebih umum terjadi pada wanita daripada pria.
Sekitar setengah dari orang dengan IBS dapat mengaitkan awal gejala dengan peristiwa yang membuat stres dalam hidup mereka, seperti kehilangan, berganti pekerjaan, atau pindah rumah.
5 Cara Mengelola Stres
Merasa kewalahan oleh tekanan kehidupan sehari-hari? Berikut adalah 5 cara untuk tetap tenang:
- Bergerak: Selain merangsang produksi endorfin, hormon perasaan senang yang dapat meringankan perasaan depresi dan kecemasan, olahraga mengatur pelepasan hormon stres kortisol. Sebuah studi yang terbit di Psychoneuroendocrinology menemukan bahwa olahraga berat membantu mengurangi tingkat stres di kalangan mahasiswa sarjana.
- Makan makanan yang sehat dan seimbang: Sertakan makanan yang kaya vitamin C, seperti blueberry, stroberi, paprika, dan bayam. Dalam satu studi tahun 2017, vitamin C efektif dalam mengurangi kecemasan dan tekanan darah tinggi sebagai respons terhadap stres.
- Kurangi kebiasaan buruk: Mengonsumsi makanan dan minuman kemasan memang menggiurkan, tetapi hal itu dapat meningkatkan gejala stres. Dalam jangka panjang, junkfood dapat berkontribusi pada perasaan depresi dan kecemasan, membuat stres lebih sulit untuk mengatasinya. Demikian pula, mengonsumsi junkfood saat sedang stres hanya akan memperburuk keadaan. Para ilmuwan di Universitas Emory menemukan bahwa fruktosa dapat mengubah cara otak merespons stres dan dapat memperburuk kecemasan dan depresi.
- Jaga pola tidur yan baik: Royal College of Psychiatrists merekomendasikan bangun dan tidur pada waktu yang sama setiap hari; membuat kamar tidur nyaman – dengan suhu dan tingkat kebisingan yang tepat; meluangkan waktu untuk bersantai sebelum tidur; dan memiliki kasur yang mendukung.
- Relaksasi: Teknik relaksasi seperti yoga dan latihan pernapasan dalam dapat membantu menghilangkan stres. Penelitian menunjukkan bahwa meditasi kesadaran, suatu teknik yang memungkinkan kita untuk hidup di masa sekarang, daripada stres tentang masa lalu dan mengkhawatirkan masa depan, dapat mengurangi efek stres dan bahkan meningkatkan kualitas tidur.