5 Hal Yang Perlu Diketahui Semua Orang Tentang Gangguan Makan (Eating Disorders)

gangguan makan

Eating disorders (ED) atau gangguan makan merupakan masalah serius dan mematikan. 

American Psychiatric Association (APA) menggambarkannya sebagai penyakit di mana orang memiliki pola makan yang mengganggu terkait dengan emosi dan pikiran mereka. Ini biasanya ditandai dengan pikiran obsesif seputar makanan dan berat badan. 

Meskipun dapat diobati, gejala ini sulit untuk diatasi. Apakah gangguan makan diturunkan dalam keluarga? Beberapa penelitian menunjukkan itu. Apakah pemulihan merupakan komitmen seumur hidup? Jelas. 

Mereka biasanya terjadi bersamaan dengan gangguan kesehatan lainnya. Ketika ini terjadi, itu disebut gangguan yang terjadi bersamaan, diagnosis ganda, atau komorbiditas. Sangat penting untuk mengetahui informasi dan sumber daya gangguan makan untuk mendapatkan perawatan dengan cepat. Gangguan makan dapat diobati dengan program, pola makan, dan pola pikir yang tepat. 

Informasi Gangguan Makan 

Apa Jenis Gangguan Makan?

Ada spektrum yang luas dari gangguan makan. Beberapa lebih umum dan mematikan daripada yang lain. Ini adalah contoh Eating Disorders: 

  1. Anoreksia Nervosa (AN) – Dokter akan mendiagnosis seseorang dengan AN ketika beratnya setidaknya 15% lebih rendah dari yang sehat untuk berat dan tinggi badannya. Mereka yang menderita AN umumnya secara obsesif membatasi asupan makanan mereka, takut bertambahnya berat badan, dan memiliki citra tubuh yang bermasalah. Orang dengan anoreksia mungkin muntah setelah makan atau menggunakan obat pencahar untuk membersihkannya. 
  2. Bulimia Nervosa (BN) – Sulit untuk mengetahui kapan seseorang menderita BN. Mereka sering makan berlebihan dan kemudian membersihkan makanan mereka melalui muntah dan menggunakan obat pencahar. Yang membedakan BN dari AN adalah binge eating. Mereka akan makan makanan manis berkalori tinggi dan kemudian takut akan kenaikan berat badan. 
  3. Binge Eating Disorder (BED) – Perbedaan antara BED dan BN adalah membersihkan. Mereka yang menderita BED akan makan secara emosional ketika mereka merasa tidak terkendali. Mereka akan makan makanan berkalori tinggi, tidak akan muntah, dan kemudian merasa tertekan karenanya.

Tiga ED di atas adalah yang paling umum. Namun, ada lagi, seperti gangguan pica dan ruminasi. Gangguan makan tidak terlihat dengan cara tertentu. Hanya karena seseorang tidak kurus, tidak berarti mereka tidak berjuang dengannya. 

Perawatan untuk Gangguan Makan

Gangguan Makan

Ini berarti bahwa mereka membutuhkan perawatan psikologis. Terapi adalah alat yang ampuh untuk membantu penderita Eating Disorders. 

Pusat kesehatan dan kebugaran perilaku di Indonesia biasanya menyediakan terapi perilaku kognitif, terapi perilaku dialektis, dan terapi holistik untuk membantu pasien mendapatkan kembali kehidupan mereka.

Jenis Terapi untuk Gangguan Makan

Terapi Perilaku Kognitif (CBT)

Bentuk terapi ini berasal dari teori bahwa orang memiliki pikiran otomatis negatif yang memengaruhi perilaku citra diri mereka. Terapis yang berspesialisasi dalam CBT memandu pasien melalui latihan untuk membantu mereka mengidentifikasi pikiran berbahaya dan mengubah perilaku yang berasal darinya.

Dialectical Behavioral Therapy (DBT )

DBT mirip dengan CBT. Namun, ia memiliki fokus pada validasi dan bekerja dengan pikiran negatif. Orang dengan penyakit mental yang parah dapat merespons DBT lebih baik daripada CBT.

Terapi Holistik

Terapi holistik adalah suatu bentuk perawatan yang menargetkan tubuh, pikiran, dan jiwa. Seorang terapis yang berspesialisasi dalam praktik holistik mungkin meminta pasien untuk melakukan yoga, bermeditasi, dan memanfaatkan spiritualitas mereka.

5 Mitos tentang Gangguan Makan (Eating Disorders)

Mitos #1: Gangguan Makan Adalah Pilihan 

Mitos ini sepenuhnya salah. Tidak ada kebenaran yang menunjukkan bahwa Eating Disorders adalah pilihan. Sama seperti masalah kesehatan lainnya, tidak ada yang memilih untuk memiliki gangguan makan. Mereka yang menderita satu mungkin secara sukarela memuntahkan atau membatasi kalori yang mereka konsumsi. Tetapi mereka tanpa sadar memiliki pemikiran yang membawa mereka ke titik itu.

Plus, faktor-faktor tertentu mempengaruhi apakah seseorang mungkin mengembangkannya atau tidak. National Eating Disorders Association (NEDA) menulis bahwa faktor psikologis, interpersonal, biologis, dan sosial dapat menyebabkan Eating Disorders. Faktor-faktor ini menunjukkan gangguan makan adalah penyakit dan bukan keputusan:

  • Penyakit mental (yaitu: depresi dan kecemasan) 
  • trauma 
  • Hubungan pribadi yang tegang 
  • Pelecehan fisik dan seksual 
  • Penindasan 
  • Tekanan masyarakat untuk melihat dengan cara tertentu 
  • Kesulitan mengekspresikan pikiran dan emosi 
  • Menghadapi diskriminasi dan prasangka karena mencari cara tertentu 
  • Ketidakseimbangan kimia 
  • Genetika

Ini adalah daftar yang tidak lengkap. Gangguan makan sangat kompleks. Para ilmuwan tidak sepenuhnya menyadari semua faktor yang meningkatkan risiko mengembangkannya. Meskipun demikian, berbahaya untuk menyebarkan mitos bahwa DE adalah pilihan. 

Mitos #2: Setelah Anda Mengalahkan Gangguan Makan, Itu Hilang Selamanya

 Yang benar adalah bahwa banyak orang kambuh setelah mereka pulih dari DE. Pemulihan seumur hidup hanyalah tujuan kecil dibandingkan dengan motivasi seumur hidup. NEDA menyatakan bahwa “tergelincir, mundur, dan kambuh cenderung menjadi aturan, bukan pengecualian” ketika datang ke ED. Seseorang mungkin baik-baik saja selama bertahun-tahun sebelum sesuatu memicu kebiasaan DE lama.

Beberapa pasien sembuh sepenuhnya, tetapi banyak yang tidak. Itu tidak membuat mereka gagal. Itu hanya berarti mereka perlu mengidentifikasi mengapa mereka kambuh di tempat pertama. Apakah mereka memiliki sistem pendukung yang kuat? Apakah mereka merasa lebih kewalahan dari biasanya? Apakah mereka akan melalui periode stres dalam hidup mereka? Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantu mereka kembali ke kehidupan normal yang mereka jalani sebelum kambuh. 

Mitos #3: Atasi Gangguan Makan Itu Mudah 

Sekali lagi, DE adalah gangguan psikologis dan medis yang kompleks. Jika seseorang menderita kanker, akan keterlaluan untuk berpikir bahwa mereka dapat menyelesaikannya sendiri. Hal yang sama berlaku untuk DE. Mereka yang menderita DE membutuhkan bimbingan profesional untuk membantu mereka mengatasinya. Belum lagi, DE yang tidak diobati dapat mengakibatkan komplikasi kesehatan yang serius dan kematian.

Tidak mudah untuk mengobati DE. Jadi, video YouTube dan keluar lebih banyak tidak akan menyembuhkannya. Faktanya, tidak selalu ada “obat” untuk DE. Kombinasi bantuan medis, kebaikan diri yang konstan, dan pilihan gaya hidup yang drastis dapat membantu orang melewati gangguan makan. 

Mitos #4: Gangguan Makan Tidak Berbahaya 

Mitos ini mungkin bermula dari mitos bahwa gangguan makan adalah pilihan. Beberapa mungkin menganggap mereka kurang berbahaya daripada penyakit lain karena psikologis. Ini sangat mempengaruhi seseorang ketika mereka kelaparan, pesta, dan pembersihan. Tidak hanya ada risiko kerusakan psikologis yang tidak dapat diperbaiki, tetapi juga dapat merusak tubuh dalam prosesnya.

  • Masalah kesehatan yang terkait dengan DE adalah: 
  • Gangguan kardiovaskular 
  • kurang gizi 
  • Pertumbuhan terhambat 
  • Osteopenia 
  • Osteoporosis 
  • Hilangnya fungsi kognitif 
  • Masalah pencernaan

Sebuah jurnal, Vascular Health and Risk Management , menulis bahwa DE berhubungan dengan kematian sebelum waktunya. Lebih dari itu, mereka menulis bahwa DE, anoreksia nervosa, dapat menyebabkan kematian mendadak. Para ilmuwan tidak sepenuhnya menyadari bagaimana hal itu terjadi. Mereka pikir itu ada hubungannya dengan komplikasi jantung. Namun, mereka tahu bahwa anoreksia nervosa tampaknya sangat meningkatkan kemungkinan kematian mendadak dan tak terduga. 

Mitos # 5: Gangguan Makan Hanya Mempengaruhi Wanita  

Salah, sekali lagi. Memang benar bahwa lebih banyak wanita daripada pria yang menderita anoreksia nervosa dan bulimia nervosa daripada pria. Namun, lebih banyak pria yang menderita jenis gangguan makan tertentu. Misalnya, The Journal of Eating Disorders membahas fakta bahwa pria lebih banyak menderita gangguan makan berlebihan (BED) daripada wanita. Sekitar 2% pria dengan DE menderita gangguan ini dibandingkan dengan 0,6% wanita.

Wanita mungkin lebih rentan terhadap gangguan makan karena tekanan sosial. Bukan rahasia lagi bahwa wanita ditekan untuk menjadi kurus dan terlihat awet muda setiap saat. Namun, pria juga menghadapi standar kecantikan yang berbahaya. Pria ditekan untuk menjadi berotot dan kuat. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Purity adalah merek vitamin dan suplemen Australia bersertifikat halal pertama yang sangat berfokus pada kemurnian dari bahan-bahan alami.

PT Lintas Batas Dagang Internasional
Jl Raya Boulevard Barat, RT 6/RW 19, Jakarta Utara - 14240