Para ilmuwan telah menemukan fungsi lain vitamin “D”: Sebuah studi baru menghubungkan depresi dengan kadar vitamin D yang rendah. Berikut ini penjelasan Hubungan Antara Vitamin D dengan Depresi.
Baca: Kapan Waktu Terbaik Mengonsumsi Vitamin D?
Hubungan Antara Vitamin D dengan Depresi
Para ilmuwan telah mengetahui untuk sementara bahwa Calcitriol, hormon vitamin D aktif, mempengaruhi neurotransmiter yang terhubung dengan gangguan mental. ini dirangkum dalam studi terbesar yang secara langsung menghubungkan vitamin D dan depresi.
Peneliti mengikuti 12.600 peserta selama empat tahun dan menemukan orang dengan kadar vitamin D rendah lebih mungkin mengalami gejala depresi.
Korelasinya sangat kuat terutama pada orang-orang yang pernah mengalami depresi sebelumnya. Kadar vitamin D yang lebih tinggi dikaitkan dengan penurunan risiko depresi bagi orang-orang dengan riwayat gangguan tersebut.
Namun, ada beberapa kejanggalan. Para peneliti tidak yakin apakah kadar vitamin D yang rendah menyebabkan gejala depresi, atau apakah depresi menurunkan kadar vitamin D.
Studi ini juga tidak mengatakan apakah peningkatan kadar vitamin D dapat mengurangi gejala depresi pada orang dengan gangguan tersebut.
Penelitian lain menunjukkan bahwa kekurangan vitamin D dapat berkontribusi pada osteoporosis, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung—artinya perlu menambah jumlah D dalam makanan.
Food and Drug Administration merekomendasikan agar kita mendapatkan antara 200 dan 800 IU vitamin D setiap hari (satu kaleng tuna mengandung 200 IU).
Jadi perbanyaklah salmon, tuna, susu, dan keju Swiss—semua sumber vitamin D yang super. Tubuh kita juga memproduksi vitamin D melalui paparan sinar matahari.
Itulah artikel Hubungan Antara Vitamin D dengan Depresi semoga bermanfaat!